15.30 PM Tiba di Pelabuhan Sanur dengan kondisi ombak yang masih juga terlihat besar, sempat saya hampir terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan badan saat turun dari speedboat. Tas sebesar 35L sudah berada di punggung saya dan kami akan menuju Legian dengan menggunakan taksi online. Tapi karena macet yang hampir sama seperti di Jakarta membuat kami mengurungkan niat untuk menggunakan taksi online apalagi taksi biasa sudah pasti harganya akan sangat mahal sekali.
Saya dan jeni memang tidak ingin mengeluarkan biaya transportasi terlalu mahal. Lagipula kami juga tidak terlalu dikejar waktu kok jadi bisa lebih santai. Akhirnya kami memutuskan untuk naik Sarbagita Bus di Bali, semacam kaya Transjakarta sih dengan biaya Rp. 3.500. Terakhir saya pernah menggunakan Sarbagita Bus 4 tahun yang lalu dimana Sarbagita baru beroperasi saat itu. Jadi kondisi dalamnya masih sangat bagus. Namun kini, kondisi Sarbagita Bus sangat menyedihkan. Kursi terlihat sangat kotor dan banyak sekali yang rusak ditambah lagi kondisi pintunya yang sudah agak rusak jadi saat dibuka tidak sepenuhnya pintu otomatis itu terbuka lebar. Walhasil harus didorong dulu saat penumpang akan naik Sarbagita. Uniknya di Bali penumpang yang membawa bakul berisi kacang atau sayuran pun diperbolehkan naik. Saat ada seorang bapak yang memanggul kacang, saya pun tergoda untuk membeli kacangnya. hehehe...
Oiya saran saya kalau sedang terburu-buru ada baiknya jangan menggunakan Sarbagita Bus yah karena saat saya menunggu kedatangan Sarbagita Bus masih harus menunggu sejam karena memang setiap kedatangan bus, saya harus menanyakan pemberhentian terakhir mereka dimana. Jangan sampe salah naik.
Oiya saran saya kalau sedang terburu-buru ada baiknya jangan menggunakan Sarbagita Bus yah karena saat saya menunggu kedatangan Sarbagita Bus masih harus menunggu sejam karena memang setiap kedatangan bus, saya harus menanyakan pemberhentian terakhir mereka dimana. Jangan sampe salah naik.
Sudah sejam lebih kami tak kunjung tiba di tujuan, akhirnya Jeje memutuskan untuk turun di Halte Dewa Ruci. Karena menurut Jeje Sarbagita tidak akan menuju lokasi yang akan kami tuju. Saya pikir dari Halte Dewa Ruci menuju Legian masih terbilang dekat. Ternyata tidak kawan-kawan...kami harus berjalan kaki sepanjang 1 km. Aaaahhh kecil lah yaaa kalau cuma sekilo doang mah. Tapi nyatanya kondisi saya sedang tidak geunah atau tidak enak. Mungkin karena lapar jadi membuat energi saya terkuras begitu saja.
Kasur bertingkat satu kamar 16 kasur |
Tentukan pilihanmu mau diatas atau dibawah |
Sandal yang tersedia di hostel |
Aku sih pilih dibawah yes |
Ini adalah pengalaman pertama saya menginap di Hostel yang dimana satu kamar bersama stranger dari berbagai negara kumpul jadi satu. Excited sih mencoba suatu hal yang baru. Pengunjung yang tidur tepat didepan saya berasal dari India. Karena ini pengalaman pertama saya jadi saya agak sungkan untuk mengajak ngobrol cewe India itu. Takutnya ngerasa keganggu makanya saya sibuk membereskan barang bawaan agar tidak tercecer kemana-mana.
Mungkin karena pengalaman pertama jadi kok terasa ribet saat mengatur barang bawaan. Laci bawah yang sangat besar muat untuk 3 tas tapi untuk koper sepertinya tidak saya sarankan untuk simpan di Laci. Sepertinya tidak akan cukup jika koper masuk kedalam Laci itu. Ada pengunjung yang menyimpan kopernya di depan kasur. Memang aman sih tapi kalo kalian sedang berpergian lebih baik kopernya masukkan saja kedalam kasur biar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Kasur kami bersebelahan |
Fasilitas Hostel meyediakan Hair Dryer. Yeaayy!! |
Minusnya menginap di Hostel gak bebas kalau ngobrol. Jadi kami selalu bisik-bisik kalau sedang mengobrol, Tidur pun terasa gak bebas karena seperti dipantau. Makanya saya jadikan handuk dan Kain Bali menutupi kasur saya agar bebas mau duduk atau tiduran macam apa juga. Terakhir, ya harus siap kalau ada pengunjung yang tidurnya ngorok atau sering menggertakkan gigi tiap malam. Gak boleh banyak complain karena memang begitulah suka dukanya menginap di Hostel.
Enaknya menginap di Nine Dollar Hostel itu dekat dari peradaban. Gak pernah ada kata sepi justru sebaliknya. Sampai tengah malam pun masih selalu ramai. Untuk cari makanan pun tak perlu khawatir karena banyak makanan murah sepanjang jalan atau mau cari tempat nongkrong yang fancy pun juga ada. Kami berdua memilih makan di Warung Indonesia yang mana pemiliknya adalah orang Jepang yang sudah pintar berbahasa Indonesia walaupun saya kadang masih agak bingung dengan pelafalan ejaan mereka. Lidahnya kaya keserimpet hehehe..
Sajian Kopi Hangat dan Teh Hangat |
Tepat di Depan Hostel adalah Sekolah Dasar |
Go Follow Nine Dollar Hostel |
Pihak Hostel hanya menyediakan Kopi dan Teh hangat gratis. Tidak ada sarapan yang tersedia disini, namanya juga penginapan murah jadi cari makan sendiri aja ya. Disini juga menyediakan penyewaan motor Rp. 60.000/hari dengan meninggalkan identitas diri saja.
So far pengalaman pertama saya untuk menginap di Hostel sangat nyaman. Toilet juga bersih walaupun sempat ada kendala sedikit tapi penjaganya dengan cepat mengatasi masalah tersebut. Selain ramah juga mereka helpful sekali. Apalagi mereka membantu kami untuk memesan taksi online ke Bandara, Gratis pula!!! Wooowww Thank youuuu....
Kalau ditanya apakah saya akan kembali menginap di Nine Dollar Hostel, Jawaban saya pasti YES!!! Selain pelayanannya yang ramah dan cepat tanggap, kebersihannya pun tidak diragukan lagi. Apalagi lokasinya yang sangat strategis.
So far pengalaman pertama saya untuk menginap di Hostel sangat nyaman. Toilet juga bersih walaupun sempat ada kendala sedikit tapi penjaganya dengan cepat mengatasi masalah tersebut. Selain ramah juga mereka helpful sekali. Apalagi mereka membantu kami untuk memesan taksi online ke Bandara, Gratis pula!!! Wooowww Thank youuuu....
Kalau ditanya apakah saya akan kembali menginap di Nine Dollar Hostel, Jawaban saya pasti YES!!! Selain pelayanannya yang ramah dan cepat tanggap, kebersihannya pun tidak diragukan lagi. Apalagi lokasinya yang sangat strategis.
Cheers,
Dian Juarsa
6 Oct 2017